Tokoh Wirausahawan Sukses dan Sukses dalam Bekerja

Berikut merupakan profil serta perjalan hidup para tokoh sukses yang berhasil mengubah kehidupannya menjadi lebih baik.  Tokoh orang yang sukses berwirausaha dengan tokoh yang sukses karena bekerja antara lain:

Bob Sadino

Memiliki nama lengkap Bambang Mustari Sadino, lebih dikenal dengan panggilan bob sadino. Beliau lahir di Lampung, pada tanggal 9 Maret 1933. Beliau merupakan seorang pengusaha yang sukses asal Indonesia yang memiliki bisnis pada bidang pangan dan juga peternakan. Ia merupakan pemilik dari jaringan usaha yaitu Kemchick dan Kemfood. Beliau merupakan salah satu pengusaha yang nyentrik, dan memiliki sebuah ciri khas dalam berpakaian yaitu ia sangat sering terlihat memakai sebuah kemeja lengan pendek dan digabungkan dengan celana pendek dalam setiap kegiatan beliau, baik saat dirumah maupun saat ditemui diluar rumah.

Bob Sadino terlahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Beliau merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara. Disaat orang tuanya meninggal, Bob yang saat itu masih berumur 19 tahun, telah mewarisi seluruh harta kekayaan dari keluarganya harta itu diberikan kepadanya di karenakan para saudara kandungnya sudah di anggap hidup mapan. Bob lalu menghabiskan sebagian dari hartanya untuk berkeliling dunia. Di dalam perjalanannya tersebut, ia juga mengunjungi Belanda dan kemudian menetap disana sekitar 9 tahun lamanya. Di belanda, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam, Belanda serta di Hamburg, Jerman. Di Belanda Bob kemudian bertemu Soelami Soejoed yang kemudian menjadi pasangan hidupnya.

Tahun 1967, Beliau dan juga keluarganya kembali ke Indonesia. Ia juga membawa 2 Mercedes buatan tahun 1960an miliknya. Lalu salah satunya dijual olehnya untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta. Pekerjaan pertama yang dilakukannya setelah keluar dari perusahaan tempat ia bekerja ialah menyewakan mobil Mercedes yang masih ia miliki, dan pada saat itu ia sendiri yang sekaligus menjadi sopirnya. Akan tetapi, suatu ketika ia mengalami kecelakaan dan mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak memiliki uang untuk dapat memperbaikinya, Ia pun beralih pekerjaan menjadi seorang tukang batu. Pada saat itu gajinya hanya Rp.100. Beliau pun pada saat itu sempat mengalami depresi akibat dari tekanan hidup yang ia alami.

Suatu ketika, temannya menyarankannya untuk memelihara ayam agar dapat melawan depresi yang telah dialaminya. Kemudian bob tertarik dan disaat beternak ayam, ia mendapatkan inspirasi untuk berwirausaha. Ia memperhatikan kehidupan dari binatang ternaknya tersebut. Beliau seperti mendapat sebuah ilham bahwa ayam saja bisa berjuang agar bias hidup, tentu manusia pun juga akan bisa.

Sebagai seorang peternak ayam, setiap hari bob serta istrinya, menjual beberapa kilogram telor dari hasil peternakannya. Dalam kurun waktu satu setengah tahun, Beliau dan juga istrinya telah memiliki lumayan banyak yang berlangganan telur hasil ternak mereka, para pelanggannya terutama dari orang asing, karena saat itu mereka sangat fasih berbahasa Inggris. Perlu diketahui Bob dan juga istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta. di mana saat itu terdapat banyak orang asing yang menetap disana.

Tidak jarang beliau dan istri dimaki oleh pelanggan, mereka tidak marah, akan tetapi mereka bergkaca pada diri sendiri dan mencoba memperbaiki pelayanan. Selanjutnya perubahan drastis terjadi pada dirinya, awal mula dari pribadi yang feodal menjadi seorang pelayan. Kemudian lama kelamaan Beliau menjadi seorang pemilik tunggal sebuah pasar swalayan (super market ) “Kem Chicks”. Beliau juga dikenal dengan tampilan sederhananya yaitu menggunakan kemeja lengan pendek  serta celana pendek.

Bisnis supermarket beliau kemudian berkembang pesat dan merambah ke agribisnis, terutama holtikutura, mengelola kebun sayur-mayur untuk keperluan konsumsi orang asing di Indonesia. Oleh karenanya ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah di Indonesia.Beliau percaya bahwa setiap menuju langkah sukses selalu diawali dengan kegagalan demi kegagalan. Untuk menjadi wirausaha, perjalanan tidak akan semulus yang dikira atau dipilkirkan. Beliau serta istrinya banyak mengalami cobaan ketika melakukan usaha. Bagi beliau uang bukan yang menjadi nomor satu. yang terpenting ialah kemauan, berani mencari, komitmen serta menangkap peluang.

Pada saat melakukan sesuatu pikiran seseorang untuk berkembang, rencana tidaklah harus selalu baku dan juga kaku, yang ada pada diri seseorang merupakan suatu pengembangan dari apa yang sudah ia lakukan. Kelemahan banyak orang ialah karena terlalu banyak mikir dalam membuat sebuah rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Menurut beliau “Yang terpenting adalah sebuah tindakan”.

Keberhasilan beliau sendiri tidak terlepas dari ketidaktahuan dirinya sehingga beliau langsung terjun ke lapangan. Setelah merasakan jatuh bangun, Bob trampil serta menguasai bidangnya. Dalam proses keberhasilannya, Beliau berbeda dengan kelaziman pada umumnya, yang umumnya dimulai dari ilmu, lalu praktik, lalu menjadi trampil dan menjadi seorang yang profesional. Menurut Bob, biasanya orang – orang akan memulai sesuatu dari ilmu yang dimiliki, kemudian berpikir dan lalu bertindak yang serba canggih serta arogan, karena orang tersebut merasa memiliki ilmu melebihi orang lain. Sedangkan beliau, selalu lembut terhadap para pelanggan serta mau mendengarkan keluhan dan juga pelanggan. Dengan sikap beliau yang seperti itu, beliau telah banyak mendapatkan simpati dari pelanggan sarta mampu menciptakan pasar. Menurut beliau, kepuasan para pelanggan akan menimbulkan kepuasan terhadap diri sendiri. Oleh karenanya beliau selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya. Bob menempatkan perusahaannya seperti halnya sebuah keluarga. Oleh karenanya semua anggota keluarga Kem Chicks, itu harus saling menghargai satu sama lainnya serta tidak ada yang utama, karena semuanya memiliki fungsi serta kekuatan.

Chairul Tanjung

Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group. Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega.

Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit. Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985. Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.

Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri. Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.

Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.

Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.

Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar. Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam .

Puspo Wardoyo

Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi sebesar sekarang ini dari titik paling bawah. Ia pernah menjajakan ayam bakar di kaki lima. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar. Siang sampai malam, ia membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya di dekat kampus UNS Solo.

Impian itu sendiri terinpirasi oleh cerita seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika pria kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo.

Dia bercerita bahwa peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah teman Puspo ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. “Dengan uang, jarak antara Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang, ” kata Puspoyo menirukan ucapan temannya tadi. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara MedanSolo Berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sementara dengan naik bis jarak antara SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.

Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. “Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan, ” pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta? “Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan, ” katanya.

Ketika tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi pegawai negeri seperti sebelumnya ketika menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. “Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi,” katanya.

Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.

Disini ia menyewa lahan 4×4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu saat pegawainya tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo membantunya dengan cara meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya. Judul artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo. Esok hari setelah artikel dimuat, banyak orang berbondong-bondong mendatangi warungnya. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan “jarak” Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang ia tinggalkan sebelumnnya.

Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva “mengapung” dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di Indonesia.

Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa. Skala usaha Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. “usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu,” paparnya. Kendati masih tergolong usaha menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlikaliku lengkap dengan segala tantangannya.

Ada masa ketika di waktuwaktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan. “Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi”. katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar memberitahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. “Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat,” katanya menirukan ucapan sang mertua.

Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3×4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi. Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di memiliki lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta meskipun masih mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100 jenis. Sudah terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari keuntungannya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan mampir di salah satu rumah makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di saat menjelang atau usai jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh menit.

Gita Wirjawan

Gita Wirjawan adalah seseorang yang sukses dalam karir dan juga merupakan salah satu mantan calon Presiden Indonesia tahun 2014. Gita Wirjawan lahir di  Jakarta 21 September 1965 dengan nama asli Gita Irawan Wirjawan. Ayahnya bernama Wirjawan Djojosoegito dan ibunya bernama Paula Warokka Wirjawan. Gita memang dikenal sebagai tokoh yang sukses dalam hal karir. Perjalanan Gita dalam membangun kesuksesannya tak luput dukungan dari orang tua dan keluarganya. Tahun 2008 ia mendirikan sebuah perusahaan bernama Ancora Capital (tempo), yaitu sebuah perusahaan investasi di bidang pertambangan dan sumber daya. Perusahaan yang didirikannya tersebut, ia dirikan setelah mundur dari jabatannya sebagai Presiden Direktur (Presdir) JP Morgan Indonesia di tahun 2006- 2008.

Gita Wirjawan menmempuh S1 di Texas yaitu di Universitas og Texas di Amerika Serikat. Selama kuliah, ia bekerja paruh waktu guna mengasah bakatnya dibudang wirausaha, ia bekerja di sebuah restoran di Texas. Lulus dari Texas, ia melanjutkan S2 nya di Baylor University tahun 1989 dan fokus mengambil jurusan Administrasi di bidang bisnis. Setelah lulus, ia memulai karirnya dan melamar pekerjaan di Citibank. Tahun 1999, ia kembali mengambil kuliah S2 nya di Harvard University dengan mengambil jurusan Public Administration dan lulus di tahun 2000. Riwayat perjalanna hidup gita di bidang pekerjaan bisa dibilang sukses. Setelah menggali penggalamannya di CITIBANK ia melanjutkan karirnya bekerja di ST Telekomunikasi di Singapore sampai tahun 2006. Dan kemudian ia pun menjabat sebagai Direktur utama di JP Morgan Indonesia. Untuk membuktikan keahliannya dalam menjalankan pekerjaaannya, ia pun mundur dari JP dan mendirikan perusahaan barunya sendiri yaitu Ancora Capital. Ia merasa benar-benar cocok dengan bidang finansialnya. Hanya dalam waktu hitungan bulan, ia pun berhasil mengambil beberapa saham di perusahaan besar seperti Perusahaan Apexindo, Perusahaan PT Bumi Resources, Prata Duta, Perusahaan Multi Nitrat Kimia, Perusahaan Properti di Jakarta dan juga di Bali.

Karir Gita ternyata tidak berhenti di bidang usaha. Pada tanggal 11 November 2009 ia pun di tunjuk oleh mantan Presiden Susilo Banbang Yudhoyono untuk diangkat sebagai BPKM yang tergabung di Kabinet Indonesia Bersatu, dan diangkat sebagai ketuanya. Ia bertugas sebagai pembenah dari masalah investasi yang telah di derita Indonesia, tahun 2011 kemudian ia diangkat sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Indonesia Bersatu II. Tanggal 31 Januari 2014, ipun mengundurkan diri dari menteri perdagangan karena ia memutuskan untuk ikut dan focus pada pencalonannya sebagi Capres 2014 yang diusung oleh Kabinet Partai Demokrat.

Tantowi Yahya

Tantowi lahir dan tumbuh di Dusun Indra Laya, Kabupaten Ogan Komering Ilir Palembang. Ayahnya H.M. Yahya Matusin, seorang kyai yang berprofesi sebagai pedagang kacamata dan ibunya Hj. Komariah Yahya, seorang tokoh partai Ketua Umum DPP PPP (1989-1994) di Palembang, mendidiknya dengan baik. Oleh karena itu, meski tinggal jauh dari kota, pria kelahiran 29 Oktober 1960 ini sudah menyimpan cita-cita ingin menjadi orang sukses.

Selepas tamat STM pada tahun 1979, pria yang menjalani pendidikan dasar hingga lanjutan atas di kampung halamannya ini berangkat ke Pulau Jawa, persisnya ke kota pelajar Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Namun niatnya untuk kuliah terganjal ijazah STM-nya. Saat itu, lulusan STM tidak diperbolehkan melanjutkan kuliah ke universitas karena dipersiapkan untuk langsung bekerja.

Ditolak di Universitas, tidak mebuat niat Tantowi untuk kuliah berhenti. Ia kemudian mengambil program D-I di Akademi Pariwisata Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Setelah mengantongi ijazah diploma satu pada tahun 1982, ia kemudian hijrah ke Jakartadan pekerja di Hotel Borobudur sebagai resepsionis.

Dalam perjalanannya, Tantowi sering berpindah-pindah pekerjaan karena ia merasa tidak ada tantangan di tempatnya bekerja. Selain di Hotel Borobudur, ia pernah bekerja di Hotel Hilton. HIngga suatu ketika pada tahun 1987, Wakil ndirektur PT BASF Indonesia menawarkan pekerjaan padanya. Kesempatan itu tidak ia sia-siakan. Sejak bekerja di BASF, Tantowi mulai mengenal dunia hiburan. Di BASF, ia mewakili karirnya sebagai promotion officer. Dalam dua tahun, ia sudah menempati posisi sebagai pro,otion manager, sebuah posisi yang seharusnya diduduki lulusan S1 atau S2.

Setelah tujuh tahun bekerja di perusahaan pita rekaman tersebut, pada tahun 1994, Tantowi keluar dari BASF dan kebetulan bersamaan dengan itu, produksi pita kaset di BASF ditutup seiring dengan munculnya teknologi baru berupa disc.

Nama Tantowi mulai dikenal masyarakat saat membawakan acara kuis Gita Remaja di stasiun TVRI pada tahun 1989. Selama lima tahun membawakan acara kuis itu, ia banyak menerima tawaran menjadi MC (master of ceremony) untuk berbagai acara. Popularitasnya semakin berkibar tatkala ia membawakan kuis bertaraf internasional “Who Wants to Be a Millionaire” yang ditayangkan di RCTI pada tahun 2001 hingga 2006. Ia juga pernah menjadi presenter acara “Are You Smarter Than a 5th Grader?” dan pemandu acara musik country di stasiun MetroTV. Kerja kerasnya di dunia presenter dihadiahi penghargaan The Most Favourite Television Quiz Host dalam ajang Panasonic Awards tahun 2003, 2004, dan 2005.

Sebagai figur publik yang dikenal suka membaca, ia kemudian didaulat menjadi Duta Baca Indonesia (DBI) oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) pada tahun 2006. Dengan penyematan gelar tersebut, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA) masa bakti 2004-2006 ini bertugas meningkatkan kesadaran membaca masyarakat Indonesia dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dengan melakukan kegiatan kampanye di bebagai media, baik cetak maupun elektronik. Terpilihnya Tantowi sebagai Duta Baca Indonesia tidaklah salah. Sedari kecil, ia sudah dididik untuk suka membaca. Tantowi sudah biasa melahap dua harian koran nasional Pelita dan Merdeka yang dibeli ibunya.

Itulah sebabnya, dalam menjalankan tugasnya sebagai Duta Baca Indonesia itu, ia selalu menuturkan pengalamannya bahwa kesuksesannya itu adalah berkat dorongan ibunya. Di dalam misinya menghimbau masyarakat untuk meningkatkan minat membaca, ia membuat semboyan “Ibuku Sebagai Perpustakaan Pertamaku”. Menurutnya, peranan keluarga sangat penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Orangtua harus dapat menyediakan kebutuhan bahan bacaan bagi anaknya. Dan figur ibu menurutnya, harus bisa memberikan teladan membaca di lingkungan keluarganya.

Setelah sukses di dunia hiburan, sejak tahun 2009, Anggota DPR RI (2009-2014, Presenter. Tantowi Yahya berkiprah sebagai politisi Senayan. Pada Pemilu 2009, ia terpilih menjadi angota DPR RI (2009-2014) mewakili Partai Ketua Dewan Pembina Partai Golkar dari daerah pemilihan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan. Sebagai anggota dewan, ia duduk di Komisi I yang salah satunya menangani bidang pertahanan dan keamanan.

Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.

Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H. (lahir di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, 21 Juni1962; umur 52 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2013-2015, menggantikan Akil Mochtar yang di berhentikan karena terlibat kasus suap sengketa pilkada Kabupaten Lebak, Banten. Ia juga pernah menjabat sebagai salah satu pengurus di Partai Bulan Bintang.

Hamdan Zoelva lahir dari pasangan TG. KH. Muhammad Hasan, BA, yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin di Bima, dan Hj. Siti Zaenab. Hamdan menghabiskan masa kecil di Desa Parado, sekitar 50 kilometer dari Kota Bima. Ia dibesarkan dalam tradisi keluarga santri dan disekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah. Menginjak kelas 4, ia dipindahkan ke Sekolah Dasar Negeri No. 4 Salama Nae Bima pada 1974, sambil menjalani pendidikan agama di Madrasah Diniyah. Setelah lulus SD, ia melanjutkannya ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Padolo Bima pada 1977, dan menamatkan pendidikan tingkat atasnya di Madrasah Aliyah Negeri Saleko Bima pada tahun 1981.

Gelar Sarjana Hukumnya ia dapatkan dari Universitas Hasanuddin, Makassar, di mana ia mengambil jurusan Hukum Internasional. Saat menjalani kuliah di Universitas Hassanuddin, ayahnya meminta Hamdan untuk mengambil pendidikan tinggi di bindang agama untuk melanjutkan tradisi keluarganya yang berlatar belakang pesantren. Karena itu, Hamdan memutuskan untuk mendaftar ke Fakultas Syari’ah IAIN Alaudin, Makassar (1981-1984). Semasa mahasiswa, Hamdan aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, salah satunya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di organisasi tersebut, ia menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi HMI Indonesia Timur. Karena kegiatannya mengurus organisasi, ia memilih untuk melepas pendidikannya di IAIN Alaudin meski sudah berkuliah selama tiga tahun dan hampir mendapatkan gelar Sarjana Muda.

Ia juga sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Jakarta (1998-2001), yang juga tidak diselesaikan. Pada tahun 2004, ia berhasil mendapatkan gelar Magister Hukum dari Universitas Padjajaran, Bandung, dan meraih gelar doktor S3 di bidang Ilmu Hukum Tata Negara dari universitas yang sama pada tahun 2010, dengan disertasi berjudul “Pemakzulan Presiden di Indonesia.”Hamdan memulai kariernya ketika dengan menjadi asisten dosen di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin serta Fakultas Syariah IAIN Makassar (1986-1987). Ia sempat melamar menjadi dosen, namun ditolak. Atas saran dosen pembimbingnya, ia merantau ke Jakarta dan bekerja selama tiga tahun sebagai Asisten Pengacara & Konsultan Hukum pada Law Office OC. Kaligis & Associates Jakarta, yang secara khusus menangani bidang Non Litigasi, pembuatan kontrak & perjanjian – perjanjian dagang, investasi PMA, perburuhan, negosiasi dan lain-lain sebelum akhirnya mendirikan kantor hukum sendiri, SPJH&J Law Firm. Pada tahun 1989, diangkat dan dilantik sebagai pengacara dalam lingkungan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Di tahun 1997, Hamdan memutuskan untuk memisahkan diri dan membangun kantor advokat Hamdan, Sujana, Januardi, dan Partner (HSJ&P) hingga dibubarkan tahun 2004.

Berikut merupakan perbandingan tokoh yang sukses berwirausaha dengan tokoh yang sukses karena bekerja.

Perbandingan Sukses Karena Bekerja Sukses Karena Berwirausaha
Sikap Mengajukan ide-ide agar karakter kreativitasnya terasah, tegas, membuka diri untuk hal-hal yang baru yang berhubungan dengan pekerjaan. Disiplin, berkomitmen tinggi, jujur, mandiri, bersifat rasional, dan memiiki pandangan pada masa depan serta berani mencoba.
Percaya diri Memilki keyakinan dan optimisme. Memiliki Keyakinan dan optimisme.
Pengambil resiko Berani mengambil resiko untuk mewujudkan mimpinya Memilki kemampuan dalam mengambil resiko dan menyukai tantangan.
Kepemimpinan Mampu berinisiatif,  bekerjasama dan membina hubungan baik, membuka diri, tepat waktu dan tidak mengeluh. Bersikap sebagai seorang pemimpin, suka bergaul, suka terhadap kritik dan saran yang membangun serta rasa tanggung jawab.
Kepribadian Pantang mengeluh, pejuang, dan pekerja keras serta memiliki ambisi untuk sukses. Memiliki kemauan untuk belajar dan kemampuan yang tinggi dalam memimpin dan menjalankan usahanya serta berani mencari dan menangkap peluang usaha.

PENGETIAN ORIENTASI PASAR SERTA PENYEBAB KEGAGALAN MERINTIS BISNIS BARU

Orientasi pasar merupakan salah satu bagian dari pemasaran. Pemasaran adalah kegiatan yang memberikan arah kepada seluruh aktivitas bisnis/niaga yang meliputi bauran pemasaran di mana produk (barang, jasa, dan ide) yang dipasarkan merupakan perwujudan dari konsep yang mengalami proses pengembangan dan produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir (Hibertus, 2007).

Sedangkan Menurut Kotler (1980) pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dalam orientasi pasar perlu pengetahuan mengenai jenis pasar yang akan dimasuki, termasuk di dalam karakteristiknya. Dengan demikian dapat diketahui arah yang jelas mengenai orientasi pasar dari produk yang dihasilkan. Adapun orientasi pasar yang dimaksud untuk produk industri kerajinan logam adalah pasar dalam negeri/domestik dan pasar ekspor atau luar negeri.

Orientasi pasar merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan perusahaan, sejalan dengan meningkatnya persaingan global dan perubahan dalam kebutuhan pelanggan dimana perusahaan menyadari bahwa mereka harus selalu dekat dengan pasarnya/konsumen (Swastha dan Handoko, 2000). Sedangkan Narver dan Slater (dikutip oleh Sensi, 2006) menyatakan bahwa orientasi pasar merupakan Orientasi pasar merupakan budaya bisnis dimana organisasi menciptakan perilaku untuk terus berkreasi dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan untuk memusatkan diri pada kepentingan jangka panjang serta profitabilitas. Orientasi pasar terdiri dari tiga komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi interfungsional.

Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk semua aktivitas yang dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis. Orientasi pelanggan merupakan inti dari orientasi pasar menurut Never dan Slater (1994) yang diartikan sebagai pemahaman yang memadai tentang target beli pelanggan dengan meletakkan kepentingan pelanggan pada urutan yang pertama sementara tidak meniadakan stakeholder yang lain seperti pemilik, manajer dan karyawan dengan tujuan agar dapat menciptakan nilai unggul bagi pembeli secara terus menerus. Sedangkan orientasi pesaing merupakan upaya perusahaan untuk memahami kekuatan dan kelemahan jangka pendek pesaing dan kapabilitas jangka panjang serta strategi yang dimiliki oleh pesaingnya. Menurut Wahyono (2002), orientasi pesaing ini harus berjalan bersama dengan orientasi pelanggan, yaitu bagaimana caranya memenangkan persaingan namun tetap dengan memuaskan keinginan pelanggan. Keseimbangan ini diperlukan karena orientasi pelanggan sering kurang mampu dijadikan strategi memenangkan persaingan bisnis, hal ini disebabkan karena perusahaan cenderung hanya bersifat reaktif terhadap permasalahan bisnis yang muncul dan tidak bersifat proaktif dalam mengungguli pesaing bisnisnya.
Sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada pendayagunaan semua sumber daya yang digunakan perusahaan secara koordinasi untuk menciptakan superior value bagi konsumen yang ditargetkan. Koordinasi interfungsional menunjuk pada aspek khusus dari struktur organisasi yang mempermudah komunikasi antar fungsi organisasi yang berbeda. Koordinasi interfungsional dapat mempertinggi komunikasi dan pertukaran antara semua fungsi organisasi yang memperhatikan pelanggan dan pesaing, serta untuk menginformasikan trend pasar yang terkini.

Dalam merintis bisnis atau usaha tentunya kita akan mengahadapi berbagai macam permasalahan dan jika tidak dapat menanganinya akan menimbulkan kegagalan. Maka dari itu kita harus mengerti hal-hal apa saja yang dapat menimbulkan permasalahan tersebut. Berikut merupakan penyebab kegagalan dalam merintis bisnis baru.

Usaha Tidak Jelas

Banyak pelaku usaha yang merintis usaha tanpa menentukan visi, misi, tujuan, dan perencanaan, sehingga baik pemilik maupun karyawan tidak tahu fokus usaha seperti apa yang akan dijalankan.

Mungkin jika tidak bisa membuatnya secara tersurat, pemilik usaha bisa memberitahukan kepada karyawan secara langsung mengenai apa yang ingin dicapai dan seperti apa perusahaan nantinya jika visi tersebut telah tercapai. Dengan begitu, karyawan pun tahu apa yang harus dilakukan dan berusaha untuk mencapai visi tersebut.

Kekurangan Modal Kerja

Seringkali pelaku usaha mengalami kekurangan modal kerja saat tengah menjalankan bisnisnya, sebagai akibat kurangnya kesabaran untuk segera memulai bisnis dan sikap optimis yang berlebihan bahwa usaha yang dijalankan pasti dapat berjalan.

Seharusnya sebelum memulai usaha, pelaku usaha harus mengetahui secara detail berapa jumlah modal yang dibutuhkan, agar tidak macet di tengah jalan.

Terlalu Cepat Mengembangkan Skala Usaha

Memang baik untuk mengembangkan skala usaha menjadi lebih besar, asalkan pondasi yang dimiliki usaha tersebut telah kuat dan sulit untuk runtuh ketika hambatan datang.

Untuk mengembangkan skala usaha, perusahaan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan, mampu bekerja dengan baik, dan loyalitas yang tinggi. Tidak usah terburu-buru mengembangkan. Lebih baik kuatkan saja dulu pondasi yang dimiliki sambil merancang konsep pengembangan.

Produk yang Tidak Menjual

Karena keinginan pribadi, seringkali pelaku usaha menambah karakteristk baru pada produknya. Bukannya menambah nilai jual, karakteristik itu malah membuat produk tersebut kehilangan nilai tambah.

Dalam berwirausaha, seorang pelaku usaha harus mampu berinovasi. Dalam artian, produk yang dikembangkan harus memiliki nilai tambah, nilai jual, dan manfaat yang lebih dibanding sebelumnya.

Tidak Memiliki Kehandalan

Umumnya pelaku usaha seperti ini tidak mudah merekrut karyawan, menangani masalah keuangan, mencari pelangan, dan menjalin relasi dengan pihak lain.

Bukan berarti seorang pelaku usaha harus betul-betul handal tanpa celah sedikit pun, namun sebaiknya solusi atas pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan tersebut harus segera ditemukan. Anda bisa mencarinya dengan membicarakan hal tersebut dengan rekan sekerja ataupun mentor bisnis.

Dalam merekrut karyawan, anda tidak boleh hanya sembarang merekrut hanya untuk mengisi kekosongan posisi. Pilihlah orang-orang terbaik yang juga tertarik dengan bisnis yang anda jalankan.

Meluncurkan Produk di Waktu yang Kurang Tepat

Seringkali hal seperti ini terjadi diluar kendali para pelaku usaha, karena terkadang ide bisnis itu muncul tiba-tiba di waktu yang kurang tepat. Bukan hal yang mudah memang untuk mempertemukan sebuah ide dengan action. Akan tetapi anda tetap dapat mengatasinya dengan terus peka dan mengamati perkembangan pasar.

Sumber :

Biografi Bob Sadino, Sang Pengusaha Sukses Indonesia

http://safira82.blogspot.co.id/2013/06/10-profil-tokoh-pengusaha-sukses.html

http://danaekasari.blogspot.co.id/2015/09/orang-sukses-di-indonesia-karena.html

http://bloghamzah1995.blogspot.co.id/2015/03/3-tokoh-sukses-karena-bekerja-dan-3.html

http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-pemasaran-dan-orientasi-pasar.html

http://www.asritadda.com/enterpreneurship/6-penyebab-kegagalan-dalam-berwirausaha.html

 

 

 

Leave a comment